BLORA - Kabupaten Blora memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Sayangnya, potensi itu belum bisa dimanfaatkan secara optimal.

Pernyataan itu disampaikan Tiyarto, warga Blora saat bertemu Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP dalam program Ngopi Bareng Gubernur di Pendapa Kabupaten Blora, Kamis (05/11/2015).

"Saya ingin setelah Pak Gubernur rawuh di Blora ini, ada wujud cinta dan perhatian panjenengan terhadap masyarakat Blora. Antara lain dapat menarik investor masuk dan membangun embung raksasa di Blora," ujarnya.

Menurut dia, pembangunan perusahaan tidak perlu berskala besar. Misalnya pabrik pakan sapi dengan memanfaatkan lahan milik Perhutani. Sebab potensi sapi di wilayah Blora sangat bagus untuk dibudidayakan.

Menanggapi usulan tersebut, Gubernur menyatakan investor dari Jepang, Jerman, dan Tiongkok sudah siap menanamkan modalnya di Jawa Tengah, termasuk di Blora.

Tidak hanya pabrik pakan sapi atau binatang ternak lain, sejumlah industri yang bergerak di berbagai bidang dengan skala besar siap berdiri di wilayah Blora "Yang penting siapkan lahannya. Kesiapan lahan adalah kunci menarik investor. Jadi tolong carikan lahan sekitar tiga ribu hektare untuk kawasan industri di Blora," tuturnya.

Apalagi, lanjutnya, kabupaten yang berbatasan dengan Jawa Timur ini memiliki kawasan sumber minyak bumi, hutan jati dengan kualitas kayu paling unggul di dunia, serta kekayaan alam lainnya.

Bahkan jika Bandar Udara Ngloram yang terletak di Cepu telah aktif, jumlah hotel bertambah, serta infrastruktur pendukung lain sudah siap, Blora akan maju pesat dalam waktu singkat. "Saya optimistis Blora akan maju. Siapapun bupati yang terpilih nanti, mendatang, saya ingin suasananya seperti ini, masyarakatnya tetap bersemangat," ungkapnya.

Menyangkut permintaan pembangunan embung raksasa atau waduk, gubernur meminta ketersediaan lahan untuk lokasi waduk maupun embung. Selain itu, bagi desa-desa lain yang butuh embung, dipersilakan Ganjar mengusulkan ke pemprov.

Dalam kesempatan tersebut, adapula peserta dialog yang meminta bantuan anggaran untuk merehab balai desa. Perbaikan perlu dilakukan karena mereka menilai gedung balai desa yang tersebar di 271 desa dan 24 kelurahan, sebanyak 70 persen tidak layak atau perlu perbaikan.


"Kalau minta anggaran untuk merenovasi atau membangun balai desa saya tidak setuju. Pembangunan akan diprioritaskan untuk pembangunan jalan, jembatan, dan irigasi. Balai desa rusak biar saja, karena yang penting kinerja kades bukan kondisi bangunannya," tandasnya.

Seusai berdialog, gubernur beserta rombongan menuju Pasar Induk Blora. Pasar tradisional yang dibangun sekitar tahun 1975 tersebut mendesak untuk dibangun kembali. Sebab, selain usia bangunan sudah cukup tua, kondisi atap dan lantai sudah rusak parah, serta lapak tempat pedagang berjualan tidak tertata rapi.


Sumber : (humas jateng)

Post a Comment