Karanganyar - Tewasnya sembilan pendaki di Gunung Lawu tepatnya di pos tiga dan empat akibat terjebak kebakaran hutan membuat prihatin Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP.

"Pintu masuk naik Gunung Lawu ada tujuh, yang resmi hanya kira-kira empat. Itu pun masih banyak jalan tikus. Orang bisa masuk dari jalur manapun. Pencegahannya sudah dilakukan melalui papan peringatan.

Tapi apakah dengan tulisan itu orang taat?," kata Ganjar sembari melontarkan pertanyaan retorika usai meninjau lokasi kebakaran di Posko Cemoro Kandang, Sabtu (31/10).

Setelah dicek ke komunitas Anak Gunung Lawu, beber Ganjar, penyebab kebakaran 80 persen akibat ulah manusia. Beberapa di antaranya tidak punya ketrampilan naik gunung dan ceroboh saat membuat api unggun.

"Dulu mendaki gunung diajari dulu nek arep gawe api unggun golek nggone sing rodo roto. Jauh dari yang mudah terbakar. Dikasih batu untuk pembatasnya. Pastikan api unggun sudah mati saat kita mau pergi.

Sampahnya dikumpulkan dibawa turun lagi. Yang begitu-begitu sebenarnya etika pendaki. Jadi akan menjaga keselamatan manusia dan alamnya," papar mantan Ketua Mapala UGM itu.

Untuk memastikan tidak ada pendaki yang melanggar larangan, Ganjar menginstruksikan agar ada petugas yang menjaga pintu-pintu pendakian. Ketika diketahui ada yang nekad, harus dipaksa turun.

"Pihak Perhutani saya minta menjadi leadingnya bekerjasama dengan pemerintah daerah, pemerintah desa dan tokoh masyarakat sehingga bisa kita pastikan itu aman," ujarnya.

Menurut Ganjar, ada beberapa level pendaki. Yakni, pendaki yang memang sering mendaki, dan pendaki yang hanya sekadar berwisata atau berfoto-foto. Untuk level pemula, pemerintah akan melakukan pembinaan.

"Kalau level pemula ya kita bina, kita kasih tau, kita catat. Jadi harus sampai nama per nama. Kalau perlu kita sampaikan pada institusinya atau keluarganya agar dia bisa mengerti bahwa ini berbahaya," katanya.

Soal recovery lahan yang terbakar, akan dilakukan dengan cara penanaman kembali karena itu yang terbaik. Bibit tanaman disediakan oleh Perhutani maupun Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah. Untuk penanamannya, dapat melibatkan pendaki, organisasi masyarakat maupun TNI/ Polri.

"Yang sulit menanam di tempat remote.Kalau cuma sampai pos satu akeh tunggale. Tapi kita sampai pos tiga hingga puncak bagaimana?. Itu butuh skill dari mereka yang betul-betul seorang pecinta alam. Besok tanggal 10 November ada jambore nasional penyuluh kehutanan, kita bisajoinkan dengan isu ini," jelasnya.

Ganjar menginginkan recovery tahun depan dilaksanakan dengan sistematis. Informasi cuaca dari BMKG harus betul-betul menjadi perhatian.

Sebelumnya, Gubernur Ganjar Pranowo melakukan penanaman pohon sapu tangan di depan Kantor Kelurahan Tawangmangu dan bekerja bakti massal dengan ratusan masyarakat dari berbagai elemen.

Beberapa di antaranya pedagang dan kuli panggul Pasar Wisata Tawangmangu, klub jantung sehat dan sopir bus. Mereka membersihkan sampah di Terminal Tawangmangu, Pasar Wisata Tawangmangu dan sepanjang jalan raya Lawu Karang Kulon.

Kerja bakti massal ini, menurut Ganjar, untuk membangun kepedulian masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. Apalagi, Karanganyar sempat dilanda banjir. Banyaknya sampah yang dibuang di gorong-gorong maupun jalanan menunjukkan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan.

"Gorong-gorong di pasar dibongkar. Perkiraan saya banyak sampah. Setelah dibersihkan, harus ada petugas yang mengawasi sampai perilaku masyarakat berubah. 

Perkoro kurang biaya mbongkar, gotong royong. Nek ora mampu, tak terjunke soko TNI. Njaluk bangunke infrastruktur gampang. Angger ono duite dadi. Sing angel memeliharane," ujarnya kepada lurah setempat.

Setelah bekerja bakti dan meninjau lokasi kebakaran di Cemoro Kandang, Ganjar menghadiri Deklarasi Hijau di Lapangan Bener. Deklarasi itu merupakan sumpah masyarakat Tawangmangu untuk menjaga hutan karena mereka menyadari arti penting hutan bagi kehidupan.

Isi deklarasi antara lain menjaga kelestarian hutan dan sungai serta berkomitmen memberi sanksi tegas bagi perusak alam dan lingkungan. Pohon cemara yang dibentuk dari cap jempol, termasuk cap jempol gubernur, menjadi simbol Deklarasi Hijau.


Sumber : (humas jateng)

Post a Comment