SURABAYA infojatim.com - Gubernur Jatim, Dr. H. Soekarwo optimis pada pada tahun 2017 tumbuh sebesar 5,6%, dengan target pertumbuhan ekonomi Jatim sendiri sebesar 5,4 – 5,6 persen. Demikian pula, pertumbuhan ekonomi tahun 2018, diyakininya ekonomi dan investasi di Jatim akan tumbuh. 

Demikian disampaikan Gubernur Jatim, Dr. H. Soekarwo saat Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2017 dan Outlook Perekonomian 2018 di Hotel Shangri La, Surabaya, Rabu(13/12).

Pakde Karwo sapaan akrabnya menjelaskan banyak faktor yang mendukung perekonomian Jatim bisa tumbuh, diantaranya didukung kinerja investasi dan perdagangan yang terus mengalami kemajuan. 

Di investasi, misalnya, kinerjanya  cukup membanggakan. Izin prinsip  investasi sampai dengan Triwulan III  tahun 2017   sebesar Rp. 88,07 triliun, sedangkan  realisasi investasinya sebesar Rp.  113,15 triliun."Pada tahun 2018  diharapkan meningkat, apalagi didukung oleh  daya tarik investor yang semakin meningkat,  keramahan bisnis yang ditawarkan Jatim,  dan adanya kebijakan yang kompetitif," jelasnya.

Di bidang  perdagangan, lanjutnya,  sampai dengan triwulan III  tahun 2017 provinsi i i mengalami surplus Rp. 116,13 triliun, atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan III tahun 2016 yang tercatat sebesar Rp. 100,56 triliun. "Kinerja tersebut didukung dengan adanya  26 Kantor Perwakilan Dagang (KPD) yang tersebar di seluruh Indonesia," ujarnya.

Selain itu, tambah Pakde Karwo, ada faktor lain  yang bisa meningkatkan perekonomian Jatim yaitu daya saing yang unggul.  Untuk meningkatkan daya saing tsb, terdapat empat syarat dan telah dilakukan yaitu  terjaganya stabilitas  makroekonomi,  pemerintahan dan tata letak kelembagaan,  keuangan,  bisnis dan  kondisi tenaga kerja dan  kualitas  hidup dan pengembangan infrastruktur.

Fokus Tingkatkan Kualitas Pendidikan Vokasional

Pakde Karwo menambahkan guna meningkatkan daya saing industri, Pemprov. Jatim  menambah persentase pendidikan berbasis vokasional. Saat ini, rasio Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Jatim yakni 35% : 65%, dan dalam proses menuju rasio ideal  30% untuk SMA dan 70% untuk SMK .

"Kami akan terus menindaklanjuti prosentase keberadaan SMK, meskipun dari 2600 SMK yang ada di Jatim baru 1100 yang terakreditasi A. Penambahan SMK ini nantinya diupayakan agar bisa mengisi kebutuhan SDM yang profesional di sektor industri khususnya bidang manufaktur," ungkapnya.

Selain itu, yntuk memenuhi standard tenaga kerja yang dibutuhkan pasar industri, Pemprov Jatim jyga nmendirikan 270 SMK Mini atau Balai Latihan Kerja (BLK) Plus yang memberikan pendidikan selama enam bulan dengan ilmu keahlian sesuai kebutuhan pasar. Setelah enam bulan dididik, mereka keluar dengan membawa sertifikat dengan standard internasional. Ijazah atau sertifikat ini bisa digunakan untuk melamar sesuai dengan lowongan yang dibutuhkan.

Oleh sebab itu, berbagai upaya terus dilakukan dalam meningkatkan kualitas SDM tersebut. Salah satunya menerapkan dual track strategy yang meliputi sektor formal dan strategi non formal.

Strategi formal diarahkan dengan meningkatkan kualitas lulusan SMK dengan menambah muatan kurikulum yang diampu perguruan tinggi yang ada fakultas tekniknya. Sementara, strategi non formal diarahkan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja terampil dan bersertifikat, dengan peningkatan sumber daya manusia melalui SMK mini dan balai latihan kerja dengan target 30.032 orang."Setidaknya Jatim bisa menyediakan 227.825 tenaga kerja bersertiifikat dan berdaya saing," ujar Soekarwo.


ARZ Team

Post a Comment