GRESIK infojatim.com - Mulanya sekolah perempuan (sekoper) ini di buka pada tahun 2013 di Kecamatan Wringinanom Kabupaten Gresik. Saat itu hanya ada 4 sekoper di 4 desa di wilayah ujung selatan Gresik ini. Masing-masing sekoper ada di desa Kesambenkulon, Mondoluku, Sooko dan Sumbergede dengan jumlah murid hanya berkisar puluhan perempuan.

Saat ini Sekolah Perempuan telah direplikasi di 14 desa lainnya termasuk Bawean. Masing-masing sekoper yaitu, sekoper desa/kelurahan Pulopancikan dan Kramatinggil di Gresik, Desa Dooro dan Dungus di Cerme, Desa Wonorejo dan Kedungsumber di Balongpanggang, Desa Sidomukti dan Kramat di Bungah, desa Gunungteguh di Sangkapura, desa Kepuhlegundi di Tambak serta 4 desa di Wringinanom.

Praktis, Sekoper ini sudah ada di 14 desa se Kabupaten Gresik dengan jumlah murid lebih dari 1300 perempuan desa kelompok rentan perkampungan desa dan kelurahan.

Program ini didanai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Gresik melalui Dinas Keluarga Berencana, Pemberdayaan perempuan dan anak (KBP3A) Gresik.

"Program ini berjaringan dengan institusi-insitusi yang penting untuk meningkatkan akses pemenuhan hak perempuan di Gresik seperti BPJS Kesehatan, RS.Ibnu Sina, Puskesmas, P2TP2A Gresik. Bahkan pihak swasta yang mulai melirik keberhasilan Sekoper", ujar Kepala Dinas KBP3A, Adi Yumanto melalui Kepala Bagian Humas dan Protokol, Selasa (30/10/2018) di kantornya.

Sekoper diinisiasi oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Kelompok Perempuan dan Sumber-Sumber Kehidupan (LSM KPS2K) Jawa Timur lewat program Gender Watch tahun 2014. Program ini merupakan salah satu bentuk baru kerjasama antara pemerintah daerah dan organisasi non pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan akses keadilan gender.

Menurut Adi Yumanto, sekoper sebagai model pemberdayaan masyarakat yang menyasar perempuan miskin. Program utama dari Gender Watch ini mampu membuktikan bahwa ada peningkatan kapasitas perempuan pedesaan menjadi kader-kader desa dan telah mempercepat terbukanya akses-akses dalam pemenuhan hak-hak dasar bagi perempuan.

Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Pengarusutamaan Gender, Soerati Mardiyaningsih menyatakan, strategi Sekolah Perempuan, telah berani mendobrak pembatasan akses perempuan di ruang public.

"Kegiatan sekolah perempuan banyak memberikan porsi membangun kesadaran kritis terhadap hak-hak perempuan agar mereka mampu menjadi pemimpin bagi diri sendiri dan public" tandasnya.

Setidaknya pengakuan tentang manfaat sekoper disampaikan oleh Suparti (42) warga desa Mondoluku Kecamatan Wringinanom Gresik.

"Saya sekarang sudah berani mengurus surat-surat sendiri, saya berani usul saat rapat bahkan pernah disuruh memimpin rapat saat ada kegiatan di dusun maupun desa. Bahkan oleh pak lurah saya diikutkan dalam forum Musyawarah perencanaan pembangunan desa (Musrenbangdes)" paparnya bangga.

Fitri (41) asal Desa Sooko Kecamatan Wringinanom juga mengaku, mendapat banyak perkembangan kemajuan setelah ikut sekoper. Saat ini dia lebih berani dan percaya diri sehingga dirinya dipercaya untuk memberikan pendampingan kepada warga dalam mengurus jaminan social.

Pengembangan kegiatan yang mampu memperkuat kepercayaan diri perempuan menjadi pintu masuk pada program sekolah perempuan, publik speaking, belajar pendataan kemiskinan, berkesenian dan menulis adalah metode-metode yang sudah dikembangkan selama ini.

Tak heran bila inovasi Dinas Keluarga Berencana, Pemberdayaan perempuan dan anak (KBP3A) Gresik Pemerintah Kabupaten Gresik selain berhasil menanggulangi kemiskinan di desa juga telah menyabet 2 penghargaan, masing masing penghargaan Nasional Innovative Governance Award/IGA 2017 dan penghargaan Otonomi Award tahun 2018. 


ARZ Team

Post a Comment