SURABAYA - Semangat kepahlawanan dapat memperkuat pondasi pembangunan nasional. Pembangunan yang dijalankan diharapkan dapat membawa kesejahteraan bagi masyarakat.

Semua elemen bangsa tanpa memandang etnis, agama, ras, ataupun golongan memiliki semangat kepahlawanan dan bersatu padu mewujudkan Indonesia merdeka, Indonesia Raya. 

"Semangat kepahlawanan harus diwarisi dan menjadi tanggung jawab kita semua untuk meneruskan perjuangan, pengorbanan, dan pengabdian para pahlawan guna memperkuat pondasi pembangunan nasional dan membangun masa depan bangsa dan negara yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian," kata Presiden RI Ir. H.

Joko Widodo saat menjadi Inspektur Upacara (Irup) Peringatan Hari Pahlawan Tahun 2015 di Tugu Pahlawan Surabaya, Selasa (10/11/2015).

Presiden RI Jokowi percaya, nilai-nilai kepahlawanan seperti perjuangan, pengabdian, dan pengorbanan tanpa pamrih untuk bangsa adalah nafas hidup Bangsa Indonesia. Dengan jiwa kepahlawanan itu, maka akan muncul pahlawan-pahlawan baru yang berjuang untuk bangsa dan negara di lapangan kehidupan masing-masing. 

Untuk itu, Presiden RI Jokowi mengajak seluruh elemen bangsa untuk optimis, tetap dengan keyakinan kuat untuk merajut persatuan, membangun bangsa, dan menggapai kemajuan sehingga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tegak berdiri sejajar dengan negara lain di dunia. 

"Kita tidak pernah lelah untuk mencintai Indonesia. Dengan keringat dan darah, para pahlawan membuka jalan bagi kita. Saatnya kita bersatu menempuh jalan perubahan untuk masa depan Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian," ujarnya. 

Saat ini, kata Presiden RI Jokowi, Indonesia berada di awal perubahan. Perubahan ke arah penguatan pondasi pembangunan nasional. Perubahan agar pembangunan yang dijalankan membawa kesejahteraan bagi masyarakat. 

"Perubahan ke arah Indonesia sentris bukan Jawa Sentris. Perubahan ke arah kebebasan berpendapat yang konstruktif dan merajut persatuan nasional bukan menghasut konflik horizontal dan menciptakan histeria publik.

Perubahan ke arah penghargaan hak azasi manusia, perangi korupsi dan pemberantasan kemiskinan. Itulah tantangan sejarah yang harus dihadapi," tutur Presiden RI Jokowi. 

Seusai Upacara Peringatan Hari Pahlawan Tahun 2015, Gubernur Jatim Dr. H. Soekarwo mengatakan, nilai kepahlawanan dapat menjadi energi dan semangat untuk dapat menyelesaikan semua tantangan yang dihadapi. 


Menurutnya, langkah besar dan semangat kepahlawanan para pendiri bangsa perlu dikumandangkan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk memberikan semangat dalam memajukan Indonesia. 

"Momentum Hari Pahlawan menjadi langkah untuk membangun keyakinan dan optimism untuk dijadikan landasan revolusi karakter bagi bangsa Indonesia menjadi negara berdaulat, mandiri dan berkepribadian," jelas Pakde Karwo sapaan lekatnya.

Pada Upacara Hari Pahlawan Tahun 2015, Presiden RI Jokowi memberikan gelar pahlawan nasional kepada lima orang tokoh pejuang kemerdekaan. Kelima tokoh tersebut memenuhi syarat pahlawan nasional sesuai UU No. 20 Tahun 2009 tentang gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan. 

Adapun lima nama itu adalah Bernard Wilhem Lapian dari Sulawesi Utara, Kemudian Mas Isman yang pernah membentuk organisasi pelajar bersenjata (TRIP); Komjem Pol Moehammad Jasin dari Jawa Timur yang merupakan bapak Brimob Indonesia; I Gusti Ngurah Made Agung yang merupakan Raja Badung VII, Bali. Kemudian, Ki Bagus Hadikusumo merupakan tokoh Muhammaddiyah yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah (1942-1953).

Upacara Hari Pahlawan Tahun 2015 juga diwarnai dengan pembacaan pesan-pesan dari enam pahlawan kemerdekaan. Pesan dari enam pahlawan ini dibacakan secara bergantian dalam upacara yang dipimpin langsung oleh Joko Widodo, Presiden.

Enam pesan pahlawan yang dibacakan adalah dari Jenderal Sudirman, Pahlawan Revolusi yang mengatakan : "Tempat saya yang terbaik adalah di tengah-tengah anak buah, saya akan meneruskan perjuangan, Met of Zonder Pemerintah TNI akan berjuang terus".

Selain itu juga pesan dari Supriyadi, pemimpin tentara Pembela Tanah Air (Peta) yang mengatakan : "Kita yang berjuang jangan sekali sekali mengharapkan pangkat, kedudukan ataupun gaji yang tinggi".

Juga pesan dari Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I alias Pangeran Sambernyawa yang mengatakan : "Mulat sarira hangrasawani, Rumangsa melu handarbeni, Wajib melu hangrungkebi (berani mawas diri, merasa ikut memiliki, wajib ikut memberikan pembelaan)".

Pesan dari Bung Tomo saat perang 10 November juga dibacakan yaitu : "Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih menjadi merah dan putih, maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapapun juga. Kita tunjukken bahwa kita ini benar-benar orang-orang yang ingin merdeka".

Pesan Gubernur Suryo yang menjadi Gubernur Pertama di Jawa Timur juga dibacakan yaitu : "Berulang-ulang telah kita katakan, bahwa sikap kita ialah lebih baik hancur daripada dijajah kembali".

Dan terakhir yang dibacakan dalam upacara kali ini adalah pesan dari pahlawan proklamasi Soekarno yang mengatakan : "Beri aku Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia".

Pesan-pesan pahlawan ini dibacakan secara bergiliran oleh perwakilan dari DHD 45; serta perwakilan dari beberapa pelajar SMA dan SMP di Surabaya. Setelah upacara, Presiden RI Jokowi menyerahkan bingkisan kepada 208 orang Veteran dan Perintis Kemerdekan.


Sumber : Humas Jatim

Post a Comment