Tingginya antusiasme masyarakat Tanah Air terhadap balapan MotoGP membuat Indonesia berambisi menjadi tuan rumah balapan prestisius kuda besi tingkat dunia pada 2017 mendatang. Pembenahan Sirkuit Internasional Sentul pun sudah diproyeksikan demi mewujudkan mimpi tersebut.

 

Indonesia sepertinya ingin mengulang kenangan manis saat Sirkuit Sentul menjadi tuan rumah MotoGP pada 1996-1997. Meskipun setelahnya, sirkuit sepanjang 4,12 km itu seolah dilupakan. Akibatnya, Sirkuit tersebut hanya bisa mengantongi sertifikasi level C dari Federasi Sepeda Motor Internasional (FIM).

 

Kondisi ini tentu memberatkan, mengingat syarat wajib dimiliki sirkuit MotoGP adalah sertifikasi A, dan berarti membutuhkan renovasi disejumlah titik. Guna membidik hal tersebut, Indonesia menggandeng arsitek sirkuit papan atas dunia asal Jerman, Hermann Tilke, ditandai dengan kunjungan Tilke ke Sentul beberapa waktu lalu.

 

Direktur pengelola Sirkuit Sentul PT Sarana Sirkuitindo Utama (SSU) Tinton Soeprapto mengatakan renovasi akan dilakukan pada Desember mendatang dengan mengacu pada blueprint versi Tilke, salah satunya adalah melebarkanrun-off area sejauh 12 meter.

 

"Sebenarnya kalau sudah direnovasi, Sirkuit Sentul juga bisa mendapatkan sertifikat level 1 dari Federasi Automobil Internasional (FIA). Jadi tak hanya menggelar MOTOGP saja, namun juga Formula 1 (F1)," kata Tinton seperti diberitakan HARIAN NASIONAL beberapa waktu lalu.

 

Saat disinggung soal biaya, Tinton mengatakan setidaknya dibutuhkan Rp 250 miliar - Rp 300 miliar, mencakup biaya renovasi dan dana yang harus disetorkan kepada penyelenggara MotoGP Dorna sebesar 7 juta Euro atau sekitar Rp 113 miliar untuk kontrak sebagai tuan rumah selama tiga tahun.

 

Menurutnya, sumber dana untuk menutupi biaya tersebut didapatkan dari pemerintah dan swasta. Sudah ada beberapa pabrikan otomotif berniat ikut berpartisipasi mengucurkan dana dalam pembenahan Sirkuit Sentul ini.

 

"Asal dana hasil keroyokan (pemerintah dan swasta), tapi ini bukan proyek pemborosan karena saya yakin Indonesia bisa meraup banyak keuntungan. Saya pun yakin di musim kedua (2018), Indonesia sudah punya pebalap mumpuni. Ini juga penting agar lebih banyak penonton yang datang ke Sentul," jelasnya.

 

Terpisah, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi menyambut baik rencana MotoGP di Indonesia. Kendati demikian, biaya 7 juta Euro dirasa terlalu berat. Untuk itu, Menpora berniat untuk menegosiasikan masalah ini kepada Dorna.

 

"Kami hanya bisa mengeluarkan 3 juta Euro (sekitar Rp 49 miliar). Ini yang ingin kami bicarakan lebih lanjut dengan Dorna," kata Menpora Imam.

 

Sebelumnya, Kementerian Pariwisata dan Dorna telah menadatangani nota kesepahaman (MoU), Mei lalu. Namun, itu bukan jaminan bahwa MotoGP sudah pasti dihelat di Indonesia karena Dorna akan kembali berkunjung ke Indonesia untuk penandatanganan kontrak secara tertulis dari Kemenpora terkait komitmen penyelenggaraan ajang olahraga ini.

 

Di sisi lain, mantan pebalap Bambang Gunardi pesimis Indonesia bisa menghelat MotoGP. Menurutnya, untuk bisa mewujudkan MotoGP di Indonesia dibutuhkan biaya yang tak sedikit dan itu pasti akan memberatkan pemerintah.

 

"Sejujurnya, maaf apabila saya tidak yakin. Dorna ini sangat komersial, untuk bisa mengadakan MotoGP kita harus bayar ke mereka. Belum lagi soal sirkuit, karena satu-satunya sirkuit internasional yang kita punya itu Sentul. Untuk merenovasi butuh perombakan besar. Kalau hanya mengandalkan pemerintah, saya yakin rakyat akan protes," kata Bambang yang pernah tampil sebagai pebalap MotoGP.

 

 

Blueprint Sirkuit Internasional Sentul Versi Hermann Tilke
-Run-off area dilebarkan 12 meter.
-Run-off area dilebarkan.
-Tikungan ke-3 dan 4 dimodifikasi agar menjadi tempat untuk menyalip.
-Tikungan ke-5 dihilangkan, dan diluruskan hingga tikungan ke-6.
-Sektor S kecil diubah menjadi chicane berkecepatan tinggi.
-Run-off area dilebarkan, dan titik masuk tikungan dimundurkan.
-Tikungan terakhir dimodifikasi agar menjadi area menyalip jelang garis finis.

 

 

 

Harnas.co

Post a Comment