PAMEKASAN - Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf meminta kepada kiai/ulama agar mewaspadai gerakan extrimisme yang saat ini telah masuk di Indonesia. Kewaspadaan tersebut sangat beralasan mengingat banyak organisasi yang menyampaikan ajaran yang menyimpang dari akidah islam.

Hal tersebut di sampaikannya saat menghadiri acara silaturahmi kiai/ulama yang tergabung dalam Badan Silaturahmi Ulama' Pesantren Madura (Bassra) di LPI Al Hamidy Banyuanyar, Palengaan Kab. Pamekasan, Selasa (12/01/15).

Ia mengatakan, kehidupan demokrasi di Indonesia telah banyak berkembang secara baik. Kondisi tersebut juga memiliki konsekuensi, terutama di bidang keagamaan seperti banyak lahirnya aliran-aliran extrimisme atau paham paham dengan ideologi yang sesat sehingga dapat merusak aqidah agama.

"Macam macam aliran keyakinan muncul, nampak ke permukaan. Mungkin jaman dahulu tertutup, namun semenjak era demokrasi ini mulai bermunculan. Aliran aliran agama yang extrim tersebut membuat keresahan kepada masyarakat luas," ungkapnya.

Gus Ipul sapaan akrabnya menjelaskanm saat ini muncul isue yang berkembang dan menjadi konsumsi publik tanah air seperti adanya gerakan organisasi keagamaan bernama Gerakan Fajar Utama (Gafatar) yang meresakan masyarakat.

Gerakan ini sangat meresahkan, yang ditandai dengan banyaknya orang yang memiliki kedangkalan ilmu agama hilang tanpa sebab. Bahkan, yang hilang bukanlah santri biasa melainkan orang yang memiliki profesi kemanusiaan seperti dokter.

"Itu adalah salah satu aliran baru, yang gerakannya sedang diamati oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Para anggotanya ini memberi faham bahwa keluarga layak untuk ditinggalkan seolah olah mereka adalah bagian dari Raja Fira'un. Karena semua yang tidak menggunakan hukum Allah SWT dianggap kafir," tegasnya.

Gerakan ekstrem lainnya, ada yang mempermasalahkan tentang tahlilan hingga pengajian. Padahal, tahlilan dan pengajian sudah ada sejak Indonesia belum merdeka. Untuk itu, Gus Ipul berharap kepada semua pihak untuk mewaspadainya.

Pemerintah, tentunya tidak bisa bekerja sendiri dan aparat keamanan seperti TNI dan Polri dituntut untuk membantu menyelesaikan persoalan tersebut. Akan tetapi, keterbatasan jumlah personil aparat keamanan yang menjadi kendala.

Oleh karena itu, dibutuhkan kiai, ulama dan tokoh masyarakat di dalam menanggulangi dan membantu pemerintah dalam membentengi ummat. Gus Ipul menginginkan, suasana yang aman, nyaman dan tenang ini bisa terus dirasakan oleh semua masyarakat.

Kiai dan ulama kepentingan dasarnya harus dikuatkan kembali. Kepentingan dasar yang dimaksud adalah tegaknya faham akidah Ahlu Sunnah Wal Jamaah (Aswaja), tegaknya situasi keamanan dan kenyamanan hingga menjaga NKRI.

Intinya dari kesemuanya ini adalah peran serta kiai/ulama dan tokoh agama harus menjadi garda terdepan di dalam menjaga akidah ummat. Tanpa campur tangan dari Kiai dan ulama mustahil bisa menjadi bangsa yang besar.

"Peran kiai dan ulama ini harus menjadi inspirasi bagi santri lainnya untuk ikut menjaga Indonesia. Kiai juga harus berfikir cara menyejahterakan ummat. Pemerintah sangat mengapresiasi dukungan dan peran serta kiai dan ulama untuk memajukan pembangunan di Jatim," imbuhnya.

Sementara itu, Sekjen Bassra KH. Nurudin mengaku siap untuk bersama sama pemerintah menjaga dan mempertahankan aqidah umat dari paham radikalime hingga extrimisme.

Ia menambahkan, bahwa keberadaan Bassra akan berperan serta di dalam mengawal akidah dan Aswaja sekaligus menjaga NKRI. Intinya, basra berdiri bersama ulama untuk menghormati perbedaan perbedaan yang ada, baik perbedaan politik maupun perbedaan lainnya.

Basra akan terus memperjuangkan masalah masalah keumatan yang terkait hubungan keagamaan. "Kita berharap kepada pemerintah untuk segera menertibkan aliran-aliran yang ada sehingga ummat tidak resah," pungkasnya.

Sumber : ( Humas Setdaprov )

Post a Comment