KLATEN - Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP memotivasi siswa SMK untuk lebih siap dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang akan diberlakukan pada Desember tahun ini.

Untuk memenangkan persaingan dengan pekerja dari negara lain, para siswa dituntut bisa bekerja dengan standar internasional yang dibuktikan dengan sertifikasi. Faktor utama yang menjadi persaingan adalah bahasa, ketrampilan, dan kecakapan teknis.

"Hari ini saya membawa materi gubernur mengajar MEA karena mereka ini skill labour nantinya. Labour-nya itu adalah mereka anak-anak yang sudah dari awal dididik di kejuruan. Tapi mereka siap nggak menghadapi?" katanya usai mengajar di SMK Negeri 1 Klaten, Kamis (15/10).

Menurut Ganjar, ketrampilan dan penguasaan bahasa Inggris siswa SMK di dalam negeri memang masih kalah dengan siswa SMK di negara lain. Karenanya, pemerintah terus mendorong para siswa untuk memperoleh sertifikasi melalui pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan pemerintah. Bahkan, alokasi dana untuk pelatihan sudah dianggarkan sebesar Rp 7 miliar.

"Kita sudah siapkan anggaran untuk pelatihan. Maka saya kemarin pergi ke beberapa negara itu untuk membuat kerjasama-kerjasama untuk meningkatkan kapasitas," katanya.

Kekurangan-kekurangan dalam hal ketrampilan, kecakapan teknis dan bahasa tersebut juga diakui Sigit Wardoyo, siswa kelas XII Teknik Komputerisasi Jaringan (TKJ) SMK Negeri 1 Klaten.

Dibandingkan negara lain, teknologi yang dimiliki SMK di Indonesia memang masih kalah. Sehingga, jika dirinya ditandingkan dengan siswa asal Singapura kemungkinan besar akan kalah.

"Dibandingkan negara lain kita masih kalah. Sebut saja Singapura yang sudah menjadi negara maju. Tapi saya optimis bisa bersaing," katanya kepada Ganjar.

Pernyataan Sigit ditanggapi Ganjar dengan menantang siswa untuk membangun mental yang kuat dalam menghadapi MEA. Sebab, dengan modal mental yang kuat, siswa-siswi akan mampu menghadapi ketatnya persaingan di tengah keterbatasan ketrampilan maupun teknologi. Selain membangun mental, Ganjar mengingatkan para siswa untuk semangat belajar dalam mewujudkan cita-cita.

"Menghadapi MEA itu mental harus kuat itu yang pertama. Yang kedua harus rajin belajar," tuturnya memberi motivasi.

Ganjar menambahkan di 2020 nanti, Indonesia akan memasuki era bonus demografi, yaitu situasi dimana jumlah usia produktif lebih besar dibandingkan dengan usia yang tidak produktif.

Karenanya, tugas pemerintah adalah memberikan pendampingan dan lapangan kerja agar warga negara berusia produktif nantinya dapat berkarya membangun Indonesia.

Selain itu, lanjut Ganjar, saat pemberlakuan MEA nanti, Indonesia diharapkan dapat menyerbu negara lain dengan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas internasional dan produk-produk lokal yang memiliki daya jual tinggi.

Setelah melaksanakan program Gubernur Mengajar, Ganjar meneruskan kunjungan kerjanya ke Universitas Negeri Yogyakarta untu menjadi pembicara Seminar Nasional Ilmu Administrasi Negara yang mengangkat tema 'Mengawal Pencapaian Nawacita dan Revolusi Mental Menuju Indonesia Sejahtera'.

Di hadapan mahasiswa, Ganjar menjelaskan agar pemerintah mampu melindungi dan memberi pelayanan dengan baik bagi masyarakatnya, perlu mengubah sistem pembangunan dari yang semula kolutif menjadi fair, yang semula koruptif menjadi transpran dan akuntabel, dan yang biasanya nepotisme bergeser menjadi profesional berbasis kompetensi.

Sedangkan untuk memberantas KKN, harus dimulai dengan mengubah mental aparat penegak hukum agar mereka dapat melaksanakan fungsinya dengan baik.


Sumber : (humas jateng)

Post a Comment