SURABAYA Infojatim.com - Sebanyak 422 desa/kelurahan di Jatim diprediksi bakal kembali mengalami krisis air bersih dan kekeringan di musim kemarau.

Bahkan, wabah kekeringan periode ini berpotensi meluas. Sebab, sumber air di sejumlah wilayah langganan kekeringan makin berkurang.

Dari pantauan badan penanggulangan bencana daerah (BPBD), kondisi itu tidak terlepas dari makin menurunnya kualitas alam, terutama di wilayah lereng.

Akibatnya, sumber-sumber air di kawasan tersebut mengalami penurunan. "Temuan itu terbanyak di wilayah selatan. Penyebarannya spasial," kata Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Jatim Agung Subagyo.

Karena itulah, pihaknya terus memantau wilayah-wilayah baru yang rawan mengalami kekeringan.

"Kami juga segera menangani kawasan yang telah dipetakan," katanya.

Berdasar pemetaan BPBD Jatim, 422 desa itu berada di 23 kabupaten/kota. Wilayah yang kekeringannya paling merata terdapat di Madura.

Selain itu, kekeringan terjadi di pantura, sebagian wilayah selatan, hingga Tapal Kuda.

Jum'at(20/07/18)Dari jumlah tersebut, 199 desa/kelurahan dinyatakan berstatus kering kritis. Wilayah itu sama sekali tidak memiliki sumber air hingga radius 3 kilometer.

Sementara itu, 223 desa/kelurahan lain berstatus kering karena masih memiliki sumber air meski terbatas.

Saat ini BPBD bersama seluruh instansi di pemprov sudah menyiapkan antisipasi dan penanganan bencana kekeringan.

Untuk wilayah kering kritis, pemprov bakal kembali menggelar dropping air ke seluruh kawasan tersebut.

"Pemetaan masih berlangsung. Koordinasi penanganan juga dilakukan," katanya.

Untuk kawasan berstatus kering, pemprov dan pemkab setempat masih berusaha mencari sumber-sumber air baru untuk menambah stok air di wilayah terdampak.

Wabah kekeringan menjadi salah satu bencana tahunan di Jatim. Berbagai solusi sudah dilakukan. Namun, program-program itu belum 100 persen tuntas.


Afw / Partner Arifin SZ

Post a Comment