Semarang - Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP menargetkan pada 2018, banjir dan rob yang bertahun-tahun menggenangi permukiman warga di sejumlah kelurahan di wilayah pesisir Kota Pekalongan dapat tertangani.

Minimal satu wilayah yang selama ini langganan banjir, dapat menjadi percontohan daerah kota pesisir bebas banjir.
"Kota Pekalongan adalah wilayah kota yang penduduknya tidak terlalu banyak, maka cara memanage-nya harus khas kota, bukan khas desa. Pertumbuhan yang sangat pesat mesti diatur betul dan aturan harus ketat," terang gubernur seusai audiensi dengan Tim Penanggulangan Banjir Pekalongan di rumah dinas Puri Gedeh, Senin (15/02/16).
Menurutnya, daerah kota harus bercirikan kemajuan di berbagai bidang, baik teknologi, ekonomi kreatif, maupun potensi daerah. Namun jika semua telah tercapai tapi kawasannya tergenang banjir dan rob selama bertahun-tahun, maka tidak bisa disebut kota.
Untuk itu, berbagai upaya harus dilakukan untuk menanggulangi bencana alam yang telah berlangsung lebih dari lima tahun tersebut. Penanganan akan dimulai dari satu titik, kemudian diselesaikan sampai tuntas supaya tidak ada lagi permukiman warga di pesisir Kota Pekalongan yang tergenang banjir dan rob.
"Mudah-mudahan dalam dua tahun atau sampai 2018, area langganan tergenang banjir dan rob terselesaikan. Paling tidak Kelurahan Pasirsari menjadi pilot penanganan banjir," harapnya.
Selain itu, gubernur meminta agar pembersihan tanaman gulma yang menutupi hampir seluruh permukaan Sungai Bremi dan Meduri dilakukan setiap hari. Sebab, jika hanya setahun sekali seperti yang selama ini dilakukan Pemkot Pekalongan, maka banjir di Kota Batik akan semakin parah lantaran tidak sebanding dengan pertumbuhannya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Pekalongan Ir H Marsudi Ismanto dalam paparannya menjelaskan, tahap pengerjaan tahun ini adalah penataan drainase dan pemasangan pompa. Seperti di Kelurahan Pasirsari, Pabean, Jeruksari, dan Kandang Panjang juga telah dipasang beberapa pompa untuk menyedot genangan air kemudian dialirkan ke laut.
"Dari delapan penanganan sub sistem drainase, yakni Sub Sistem Bremi, Bandengan, Pabean, Loji, Banger, Sibulanan, Banger Hilir, dan Banger Hulu, tiga di antaranya masuk prioritas penanganan," katanya.
Menurutnya, Sub Sistem Bandengan, Bremi, dan Loji mendesak ditangani karena kondisi saluran drainase di tiga sub sistem prioritas penanganan itu mengalami sedimentasi tinggi, mendapat aliran limbah batik, ditumbuhi tanaman enceng gondok dan dipenuhi sampah memenuhi permukaan sungai. Selain itu, rob yang masuk ke permukiman warga berasal dari alur Sungai Bremi dan Loji.
Lebih lanjut dia menjelaskan, penanganan yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan di tiga sub sistem tersebut antara lain dengan sistem polder, pompanisasi, peninggian tanggul sungai, reveretment dengan sandbag dan penanaman mangrove di sepanjang Pantai Bandengan dan Kandang Panjang, pembersihan enceng gondok, normalisasi Sungai Bremi, dan sistem polder dengan pompa dan long storage Sungai Sepucung.
Sumber : (humas jateng)

Post a Comment