SURABAYA - Bonus Demografi merupakan fenomena kependudukan yang menarik untuk terus dikaji. Apalagi pada tahun 2020-2030 Indonesia akan dihadiahi oleh bonus demografi ini artinya jumlah penduduk produktif sangat melimpah. Bonus Demografi dapat memberikan berkah bagi Indonesia dan kesempatan besar untuk mengubah masa depan Indonesia apabila bisa mengelolanya dengan benar.

Untuk menghadapinya, dimulai sejak tahun 2014 Pemprov Jatim dibawah pimpinan Gubernur Jawa Timur Dr. H Soekarwo atau yang  lebih akrab dengan panggilan Pakde Karwo melakukan kebijakan dibidang pendidikan yang dikenal dengan istilah moratorium pendidikan. 

"Moratorium pendidikan mempunyai arti mengembangkan pendidikan vokasional atau pendidikan ketrampilan. Yang semula perbandingan antara sekolah umum dan sekolah vokasional (SMK)  60 persen : 40 persen menjadi 30 persen : 70 persen, dengan 9 bidang ketrampilan," papar Pakde Karwo saat menjadi pembicara di acara Sarasehan Peran Kelembagaan Dalam Mempersiapkan Generasi Emas, di Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Mulyorejo, Jumat (29/01/16) malam.

Kebijakan itu menurut Pakde Karwo untuk melahirkan generasi  terampil serta mempersiapkan menghadapi bonus demografi yang akan terjadi di tahun 2020 – 2030.

Selain itu, Pakde Karwo melihat kenyataan bahwa 36,57 persen penduduk Prov. Jatim berkecimpung di bidang pertanian, tetapi hanya memberikan kontrubusi sebesar 14,72 persen pada PDRB Prov. Jatim.

Dengan pendidikan vokasional yang melahirkan tenaga terampil, diharapkan hasil-hasil petanian dapat dikelola menjadi makanan jadi seperti keripik pisang, keripik ketela pohon atau hasil pertanian setengah jadi menjadi hasil pertanian yang dapat dimakan, yang tentunya harganya menjadi lebih mahal.

Dengan demikian  jumlah UMKM di Jawa Timur yang saat ini sebanyak 6, 8juta akan terus bertambah. "Muhammadiyah harus menjadi pelopor tumbuhnya pendidikan vokasional," harap Pakde Karwo lebih lanjut.

Untuk mempersiapkan generasi emas di tahun 2045, Pemprov Jatim telah membuat kebijakan pendidikan anak usia dini yang dikenal dengan Taman Posyandu. Posyandu yang diklola secara terpadu.

Artinya didalamnya mengandung tiga unsur yaitu pendidikan, kesehatan dan pendidikan orang tua (Parenting education). Dan saat ini telah tebentuk 12.227 unit Taman Posyandu.

Ketua PP Muhammadiyah Prof. Dr. Yunabar Ilyas, M.Ag mengatakan untuk mencetak generasi di tahun 2045, maka fokus pendidikan diarahkan pada PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).

Dan kita harus mempersiapakn generasi emas sejak anak usia o – 9 tahun (golden Ages). Karena ditahun 2045 mereka akan menjadi generasi produktif (berusia antara 30 – 35 tahun).

Anak-anak itu harus dijaga jasmaninya dengan memberikan gizi makanan yang cukup, pendidikannya atau inteletualitasnya agar menjadi anak yang pintar, cerdas dan kreatif. Serta dijaga rohaninya dengan memberikan pendidikan agama yang benar sesuai dengan ajaran agama yang dianut.

'Muhammadiyah harus memberikan pendidikan yang lebih dibanding dengan sekolah pada umumnya. Ada perbedaan antara anak yang mengenyam pendidikan di Muhammadiyah dengan pendidikan disekolah umumnya," jelasnya.

Sementara itu Ketua PP Aisyiyah Dra. Siti Aisyiyah, S.Ag berpendapat untuk mempersiapkan generasi emas, dimulai sejak anak usia dini 0 – 6 tahun (golden Ages). Sebagaimana yang telah dilakukan oleh PP Aisyiyah.  Lewat Bina Keluarga Balita.

Sasarannya adalah orang tua anak didik maupun orang tua lainnya. Yang bertujuan  agar mereka mendapatkan pendidikan media literasi, kesadaran orang tua untuk mengawasi dan membatasi akses media yang tidak mendidik. Pendidikan peran individu yang melibatkan diri secara aktif dalam pencegahan dan perlindungan anak terhadap kekerasan. Perlindungan Keluarga yaitu penyuluhan calon pengantin, konsultasi keluarga dan konsultasi hukum.  

Sumber : ( humas jatim )

Post a Comment